"Alangkah indahnya jika antar-PH, antarstaff maupun antara PH dan staff dapat saling mengingatkan untuk senantiasa meningkatkan kecintaan pada jalan dakwah ini. Yuk Move On!!!"
Masih begitu
lekat dalam ingatan, hari dimana saat itu adalah waktu screening bagi mahasiswa Teknik Industri dan Manajemen Bisnis yang
memiliki hasrat untuk bergabung dalam Lembaga Dakwah Jurusan, MSI Ulul Ilmi. Sekitar
enam bulan yang lalu, kebetulan saat itu musim hujan, untuk pertama kali selama
tinggal di Surabaya, aku mengalami bagaimana sengsaranya kebanjiran hingga
kamar kosku terasa seperti kolam ikan dadakan, lengkap dengan bau amisnya. Aku
tersadar dengan kondisi itu saat sekitar waktu subuh tiba-tiba sang Bapak
pemilik kos mengetuk pintu kamarku dan sedikit berteriak memberitahukan apa
yang terjadi. Yaah, walaupun mungkin air dalam kamar hanya setinggi jari
telunjuk, tapi sudah cukup untuk merusak barang-barangku, charger laptop, semua sepatu, charger
handphone, dan seluruh benda yang kebetulan aku letakkan di lantai.
Aku tertegun
untuk beberapa saat, shock. Saat aku
melangkah keluar rumah, jalanan tidak terlihat, hanya terlihat air berwarna
cokelat pekat yang menggenang, seperti air parit pindah tempat. Aku menengok
motorku yang terparkir anggun di teras yang juga tak luput dari kubangan air,
dua ban motor yang terpasang lesu tak berisi, bocor. Haah, lengkap sudah.
Tiba-tiba satu pertanyaan melesat dalam kepalaku, bagaimana dengan screening ku nanti? Apa yang harus aku
kendarai dari Keputih hingga menuju Mushola Amanah? Singkat cerita akhirnya ada
teman yang berbaik hati meminjamkan motornya untukku, berangkat menuju Mushola
Amanah dengan meninggalkan kamar kos yang airnya belum juga surut.
Proses screening pun aku lalui, salah satu
pertanyaan yang paling membuatku bingung untuk menjawabnya adalan prioritas
departemen, sebab aku belum tahu banyak tentang MSI Ulul Ilmi, waktu itu aku
menjawab prioritas utama adalah PSDI, karena aku tertarik dengan LINE, entah
mengapa aku merasa KPP yang diberikan pada saat aku menjadi peserta LINE (Latihan Pendalaman Islam Industrial Engineering) 35
kurang controlling, hingga aku
bertanya sendiri, untuk apa KPP (Kegiatan Pasca Pelatihan) ? Apakah hanya sekadar pelengkap agar LINE dapat
dikatakan sebuah pelatihan? Jadi aku berpikir siapa tahu dengan bergabung
dengan PSDI aku bisa memperbaiki konsepnya.
Aku menempatkan
BKM pada prioritas terakhir. Mengapa? Karena pada semester sebelumnya aku cukup
mbambet untuk mengikuti mentoring, entah
setan mana yang merasuki, aku merasa mentoring yang aku jalani sedikit
membosankan. Akhirnya aku berhasil menjadi salah satu staff PSDI. Dengan Kadept
Mas Ghoffar, Kopidep Mbak Nafi’, staff yang lain yakni Wilda, Suhawi, Setyo,
dan Igo. Aku yang juga staff Dikesma HMTI ITS, banyak membandingkan kondisi antara BPH
dengan MSI Ulul Ilmi. Kedekatan antara staff dengan PH pada MSI Ulul Ilmi
prosesnya lebih lambat terutama dengan ikhwan, awalnya aku merasa aneh syuro
dengan hijab seperti itu, hingga aku baru tahu seperti apa wajah ketum dan
kadept PSDI beberapa hari setelah musyawarah kerja, tapi akhirnya aku harus
paham bahwa dalam lembaga dakwah seperti ini terdapat sejumlah batasan yang
harus dipatuhi.
Beberapa hal
yang aku rasakan selama berada di MSI Ulul Ilmi terutama Departemen PSDI seperti
ini. SMS hanya sekedar info untuk rapat, kami ini staff, tidak seharusnya
interaksi yang terjadi seperti provider yang hanya mempromosikan layanan
melalui SMS kepada penggunanya. Ketika syuro tidak semua prodak yang dibahas
sehingga staff bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya, sebegitu tidak
pentingnya kah prodak yang lain? Sering kali waktu syuro harus molor cukup lama
untuk menunggu kehadiran PH atau staff lain yang terlambat, apakah tidak ada
solusi? Tidak terpikir kah bahwa hal ini dapat menurunkan motivasi yang lain
untuk datang tepat waktu? Selain itu, kehadiran syuro yang sering telat
terkadang menyebabkan pembahasan harus diulang, bukankah sangat tidak efektif?
Sepertinya waktuku terlalu berharga untuk itu. Kadept sudah berjanji akan
memberi sanksi untuk PH maupun staff yang datang terlambat, mana buktinya?
Apakah hanya wacana saja?
Pada beberapa
syuro saat membahas prodak tertentu, diputuskan untuk prodak tersebut
digabungkan dengan prodak dari PSDI sendiri maupun departemen lain, jika memang
terdapat prodak yang hampir sama, mengapa tidak disatukan saja dari awal? Saat
staff bingung mengenai administrasi dan PH tidak dapat memberi jawaban pasti,
staff harus bertanya kepada siapa? Mengapa tidak ada pencerdasan untuk staff
mengenai administrasi di awal kepengurusan? Selain itu, terdapat beberapa
prodak yang waktu pelaksanaannya tidak sesuai dengan target awal, bukankah
lebih baik jika setiap prodak memiliki timeline?
Sebab terkadang staff cenderung lebih rajin untuk melaksanakan tugas yang
memiliki deadline pengerjaan jelas. Terakhir,
sebenarnya bagaimana SOB setiap PH dan staff pada jalan dakwah ini? Menurutku MSI
Ulul Ilmi bukanlah organisasi cadangan yang hanya untuk dijadikan prioritas kedua,
ketiga, atau seterusnya, jika memang telah bertekad untuk berjuang di tempat ini,
bukankah sudah seharusnya komitmen yang ada dibuktikan dengan kontribusi nyata?
Alangkah indahnya jika antar-PH, antarstaff maupun antara PH dan staff dapat
saling mengingatkan untuk senantiasa meningkatkan kecintaan pada jalan dakwah ini.
Yuk Move On !!
By Laila Sofiyana (Staff PSDI MSI Ulul Ilmi 14/15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang kritis.
Silahkan komen ya demi kemajuan blog ini...