Pages

Minggu, 15 Maret 2015

Catatan Hati Seorang Staff (4) : Yuk Move On !!!


"Alangkah indahnya jika antar-PH, antarstaff maupun antara PH dan staff dapat saling mengingatkan untuk senantiasa meningkatkan kecintaan pada jalan dakwah ini. Yuk Move On!!!"
Masih begitu lekat dalam ingatan, hari dimana saat itu adalah waktu screening bagi mahasiswa Teknik Industri dan Manajemen Bisnis yang memiliki hasrat untuk bergabung dalam Lembaga Dakwah Jurusan, MSI Ulul Ilmi. Sekitar enam bulan yang lalu, kebetulan saat itu musim hujan, untuk pertama kali selama tinggal di Surabaya, aku mengalami bagaimana sengsaranya kebanjiran hingga kamar kosku terasa seperti kolam ikan dadakan, lengkap dengan bau amisnya. Aku tersadar dengan kondisi itu saat sekitar waktu subuh tiba-tiba sang Bapak pemilik kos mengetuk pintu kamarku dan sedikit berteriak memberitahukan apa yang terjadi. Yaah, walaupun mungkin air dalam kamar hanya setinggi jari telunjuk, tapi sudah cukup untuk merusak barang-barangku, charger laptop, semua sepatu, charger handphone, dan seluruh benda yang kebetulan aku letakkan di lantai.
Aku tertegun untuk beberapa saat, shock. Saat aku melangkah keluar rumah, jalanan tidak terlihat, hanya terlihat air berwarna cokelat pekat yang menggenang, seperti air parit pindah tempat. Aku menengok motorku yang terparkir anggun di teras yang juga tak luput dari kubangan air, dua ban motor yang terpasang lesu tak berisi, bocor. Haah, lengkap sudah. Tiba-tiba satu pertanyaan melesat dalam kepalaku, bagaimana dengan screening ku nanti? Apa yang harus aku kendarai dari Keputih hingga menuju Mushola Amanah? Singkat cerita akhirnya ada teman yang berbaik hati meminjamkan motornya untukku, berangkat menuju Mushola Amanah dengan meninggalkan kamar kos yang airnya belum juga surut.
Proses screening pun aku lalui, salah satu pertanyaan yang paling membuatku bingung untuk menjawabnya adalan prioritas departemen, sebab aku belum tahu banyak tentang MSI Ulul Ilmi, waktu itu aku menjawab prioritas utama adalah PSDI, karena aku tertarik dengan LINE, entah mengapa aku merasa KPP yang diberikan pada saat aku menjadi peserta LINE (Latihan Pendalaman Islam Industrial Engineering) 35 kurang controlling, hingga aku bertanya sendiri, untuk apa KPP (Kegiatan Pasca Pelatihan) ? Apakah hanya sekadar pelengkap agar LINE dapat dikatakan sebuah pelatihan? Jadi aku berpikir siapa tahu dengan bergabung dengan PSDI aku bisa memperbaiki konsepnya.
Aku menempatkan BKM pada prioritas terakhir. Mengapa? Karena pada semester sebelumnya aku cukup mbambet untuk mengikuti mentoring, entah setan mana yang merasuki, aku merasa mentoring yang aku jalani sedikit membosankan. Akhirnya aku berhasil menjadi salah satu staff PSDI. Dengan Kadept Mas Ghoffar, Kopidep Mbak Nafi’, staff yang lain yakni Wilda, Suhawi, Setyo, dan Igo. Aku yang juga staff Dikesma HMTI ITS, banyak membandingkan kondisi antara BPH dengan MSI Ulul Ilmi. Kedekatan antara staff dengan PH pada MSI Ulul Ilmi prosesnya lebih lambat terutama dengan ikhwan, awalnya aku merasa aneh syuro dengan hijab seperti itu, hingga aku baru tahu seperti apa wajah ketum dan kadept PSDI beberapa hari setelah musyawarah kerja, tapi akhirnya aku harus paham bahwa dalam lembaga dakwah seperti ini terdapat sejumlah batasan yang harus dipatuhi.
Beberapa hal yang aku rasakan selama berada di MSI Ulul Ilmi terutama Departemen PSDI seperti ini. SMS hanya sekedar info untuk rapat, kami ini staff, tidak seharusnya interaksi yang terjadi seperti provider yang hanya mempromosikan layanan melalui SMS kepada penggunanya. Ketika syuro tidak semua prodak yang dibahas sehingga staff bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya, sebegitu tidak pentingnya kah prodak yang lain? Sering kali waktu syuro harus molor cukup lama untuk menunggu kehadiran PH atau staff lain yang terlambat, apakah tidak ada solusi? Tidak terpikir kah bahwa hal ini dapat menurunkan motivasi yang lain untuk datang tepat waktu? Selain itu, kehadiran syuro yang sering telat terkadang menyebabkan pembahasan harus diulang, bukankah sangat tidak efektif? Sepertinya waktuku terlalu berharga untuk itu. Kadept sudah berjanji akan memberi sanksi untuk PH maupun staff yang datang terlambat, mana buktinya? Apakah hanya wacana saja?
 Pada beberapa syuro saat membahas prodak tertentu, diputuskan untuk prodak tersebut digabungkan dengan prodak dari PSDI sendiri maupun departemen lain, jika memang terdapat prodak yang hampir sama, mengapa tidak disatukan saja dari awal? Saat staff bingung mengenai administrasi dan PH tidak dapat memberi jawaban pasti, staff harus bertanya kepada siapa? Mengapa tidak ada pencerdasan untuk staff mengenai administrasi di awal kepengurusan? Selain itu, terdapat beberapa prodak yang waktu pelaksanaannya tidak sesuai dengan target awal, bukankah lebih baik jika setiap prodak memiliki timeline? Sebab terkadang staff cenderung lebih rajin untuk melaksanakan tugas yang memiliki deadline pengerjaan jelas. Terakhir, sebenarnya bagaimana SOB setiap PH dan staff pada jalan dakwah ini? Menurutku MSI Ulul Ilmi bukanlah organisasi cadangan yang hanya untuk dijadikan prioritas kedua, ketiga, atau seterusnya, jika memang telah bertekad untuk berjuang di tempat ini, bukankah sudah seharusnya komitmen yang ada dibuktikan dengan kontribusi nyata? Alangkah indahnya jika antar-PH, antarstaff maupun antara PH dan staff dapat saling mengingatkan untuk senantiasa meningkatkan kecintaan pada jalan dakwah ini. Yuk Move On !!
By Laila Sofiyana (Staff PSDI MSI Ulul Ilmi 14/15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang kritis.
Silahkan komen ya demi kemajuan blog ini...

 

Blogger news

Blogroll

About