Pages

Rabu, 11 Maret 2015

Catatan Hati Seorang Staff (3) : Dakwah itu Jalan Hidupku


 "Sekali lagi aku katakan, biarkan waktu yang buktikan hasil dari peperangan kami melawan wabah penyakit yang menggerogoti negeri ini. Beginilah cara kami, Inilah kami, yang melakukan perjuangan di jalan dakwah ini" 
Sejalan dengan usia yang digenggam oleh sang waktu, ternyata tak membuat ranah ini semakin dewasa. Tak terelakkan lagi, dinding moral bangsa ini sudah mulai retak dihantam oleh arus globalisasi yang datang silih berganti. Ibu pertiwi kian merintih, derita sakit yang terus menggerogoti pembuluh nadi bangsa ini, yaitu kami para generasi muda. Kini agama menjadi kisah sejarah belaka, tanpa penerus dari generasi muda. Nilai sosial yang dulu dijunjung tinggi karena berhasil membuat kita lepas dari sangkar maut penjajah, kini menjadi puing yang terlupa, mereka hanya datang saat butuh namun lupa kala jaya. Nilai moral sudah di obrak-abrik! rasa malu hanya cerita, umbar syahwat yang utama. Keadilan tampak samar tertutup panggung sandiwara para kaum borjuis negeri ini. Etika tinggal kata tanpa terlaksana, dimana mereka berlaku tanpa peduli sekitarnya.
Itulah keadaan negeri ini sekarang. Dimana musik dapat meredam suara lantang muadzin yang memanggil orang untuk menunaikan kewajibannya. Disini pula dimana para petinggi negeri terbenam dalam pemikiran liberal hingga menunjukkan pernyataan sekuler yang memojokkan agama. Kutenggak secangkir kopi yang menemaniku merenung berharap bisa memacu agar aku dapat berfikir lebih jernih untuk membangkitkan ide-ide baru yang selama ini terpendam. Dimana aku berfikir apa yang harus aku lakukan. Menjadi penegak hukum? Ah itu masih lama. Berdoa? Kalau tidak ada usaha, menurutku percuma. Ah! Aku tahu! Akan kutebar nilai religious dan moral dalam sanubari para pemuda bangsa! Tapi bagaimana? Darimana aku memulai? Belum sempat kutemukan jawabannya, aku rubuh dibelai lembut lentik jari sang angin, membawaku jauh ke alam mimpi.
Tatkala aku menatap sebuah foto para jejaka muda yang tersenyum memegang sebuah spanduk tentang acara Tafakur Alam yang hiasi layar laptopku. Ya, mereka adalah para aktivis dakwah sekolah di pesisir ibukota Jakarta ini. Mereka para mujahid yang berjuang menentang arus pergaulan bebas, menggoda zaman jahiliyyah yang mulai mewabah, dan menghantam pemikiran-pemikiran sekuler para liberalis yang mulai menggerogoti para generasi muda. Siapa sangka, ternyata masih banyak generasiku yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnatullah. Dan bahkan mereka ternyata jauh lebih baik dariku! Akupun berpikir, bahwa sejatinya seseorang diciptakan untuk mendapatkan ridho Allah SWT, tetapi melalui apa? Tentunya hal tersebut dapat dilakukan dengan suatu hal yang dapat mendukungnya, salah satunya yaitu berkumpul dengan orang-orang shaleh. Untuk itu aku bergabung dengan jalan dakwah ini. Suatu keputusan yang dapat memuluskan langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumya, juga sebuah alasan yang cukup kuat untuk mendukung tujuan-tujuan yang mulia. Teringat semua kenangan pada masa SMA, bahwa ternyata aku juga merupakan salah satu anggota aktivis dakwah sekolah, yang seharusnya bisa menolong dan menegakkan agama Allah. Dimana para aktivis dakwah merupakan ujung tombak sebuah pergerakan. Jika ujung tombaknya saja tumpul maka tujuan dalam sebuah pergerakan tidak akan tercapai.
Semakin ku tersadar bahwa ternyata jalan dakwah ini merupakan hal sangat penting untuk generasi muda saat ini. Terutama faktor lingkungan yang pada saat ini semakin buruk. Sesuai yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa dunia ini berada pada lima zaman, dimana zaman ini sudah memasuki zaman keempat yaitu zaman dimana Islam merupakan suatu hal yang tabu. Fitnah-fitnah tentang islam sudah mewabah di negeri ini. Ketika liberalisme berkuasa, perkataan orang-orang shaleh tidak lagi dipercaya, menerjemahkan ayat suci seenaknya, dan ketika kepercayaan terhadap keyakinan sendiri dapat diruntuhkan oleh keyakinan yang lain dan dapat meruntuhkan aqidah.
Waktu berjalan terasa cepat, seperti baru kemarin tergabung dalam jalan dakwah. Diriku dihadapkan dengan tingkatan yang lebih tinggi, pandangan yang lebih luas, serta sebuah tempat dimana penentuan arah akan pencarian masa depan semakin dekat. Ya!! Dunia perkuliahan. Inilah mahasiswa!! Dimana menurutku ini merupakan sebuah langkah awal untuk berkontribusi lebih terhadap bangsa dalam menegakkan syariat-syariat yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sebuah hal yang besar tentunya dimulai dengan hal yang kecil, tentu pada saat memasuki dunia perkuliahan setiap insan mempunyai tujuan masing-masing untuk masa depannya. Namun terkadang ada beberapa hal yang menghambat itu semua, ketika keadaan memaksa diri untuk tidak lebih baik dari sebelumnya. Ketika duniawi diutamakan dan akhirat terkadang terlupakan.
Lalu aku mulai sebuah langkah kecil itu untuk melakukan sebuah perubahan dimana perubahan tersebut tidak dapat dilakukan secara keseluruhan dan besar-besaran tetapi dapat dimulai dari hal yang kecil dan melalui beberapa tahapan. Dimana pada akhirnya aku memutuskan bergabung dengan sebuah Lembaga Dakwah Jurusan yang bernama MSI Ulul Ilmi (Masyarakat Studi Islam Ulul Ilmi). Pada organisasi tersebut aku memilih sebuah jalan dengan menjadi staff Pengembangan dan Sumber Daya Insani (PSDI). Ya! Bagaimana sebuah roda pergerakan dakwah dapat berjalan ketika pergerakan tersebut tidak memiliki kader dan penerus. Sebuah roda pergerakan dakwah akan terasa lebih lancar ketika kita mampu mengajak orang lain untuk mengerti akan pentingnya suatu kontribusi terhadap agama Allah. Meskipun tak teralakkan lagi bahwasanya dakwah merupakan sebuah tantangan, ketika sesama aktivis memiliki masalah, ketika birokrasi tidak mendukung, dan ketika kepedulian terhadap jalan dakwah ini kurang. Namun itu semua bukanlah suatu alasan bagi kami untuk berhenti menyerukan ajaran yang telah dibawa oleh Rasul-Nya. Perlu kita ketahui bahwa sejatinya dakwah itu meluangkan waktu, bukan mencari waktu luang. Mengajak itu wajib, tetapi hanya Allah lah yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Hanya Allah lah yang dapat memberi hidayah kepada hamba-hamba-Nya.
Akhirnya pertanyaanku terjawab sudah. Mungkin juga sebagian dari kalian bertanya, kenapa harus melalui dakwah? Ingatlah kawan, nadi suatu bangsa terletak pada generasi kita, yang akan berjaya pada era yang kan datang. Sekali lagi aku katakan, biarkan waktu yang buktikan hasil dari peperangan kami melawan wabah penyakit yang menggerogoti negeri ini. Beginilah cara kami, Inilah kami, yang melakukan perjuangan di jalan dakwah ini.
By Achmad Setyo Santoso (Staff PSDI MSI Ulul Ilmi 14/15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang kritis.
Silahkan komen ya demi kemajuan blog ini...

 

Blogger news

Blogroll

About