Pages

Minggu, 22 Juli 2012

Pohon itu bernama Ramadhan

Ramadhan telah hadir kembali. Betapa riang umat muslim di seluruh belahan dunia menyambut bulan suci penuh berkah ini. Baju koko mulai disiapkan, sajadah dicuci bersih, isi kulkas dipenuhi buah-buah segar dan yang paling penting mempersiapkan hati.
Ramadhan bukan hanya penuh berkah bagi yang melaksanakan, tapi bagi seluruh manusia. Bagaimana tidak,bahan makanan yang tersedia di supermarket apa hanya diproduksi oleh umat muslim? Baju yang dibeli untuk hari lebaran, apa hanya dibuat oleh umat muslim? Libur pada hari raya idul fitri apa hanya diperuntukkan bagi umat muslim?
Pada bulan ramadhan tak hanya dijanjikan pahala berlimpah, tak hanya dijanjikan ampunan dosa, namun segala berkah kehidupan bisa didapatkan. Mulai dari kesembuhan atas penyakit, bertambahnya penghasilan, hingga tersambungnya silaturahmi dengan saudara dan kerabat dekat. Semua terasa begitu indah pada bulan ramadhan.
Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Terbukanya pintu surga adalah isyarat bahwa pahala berlimpah siap dilimpahkan kepada hamba-hamba ALLAH yang beriman dan bertaqwa. Pahala pada bulan ramadhan layaknya buah matang yang tergantung pada pohon dan siap dipetik oleh siapapun yang tergoda oleh nikmatnya pahala tersebut.
Namun itu semua tergantung pada semua orang yang melewati pohon bernama ramadhan ini, apakah tergoda dengan buah pahala yang menggantung? Dan itulah kunci dari keberhasilan melewati bulan ramadhan. Istiqomah dan tawakal.
Remaja adalah masa paling bergejolak, paling mudah naik dan turun dan cenderung tidak stabil (istiqomah). Banyak kita temui remaja hanya menahan lapar dan haus tanpa menahan hawa nafsunya.
“Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.” (H.R.Ibnu Khuzaimah)
Bahkan ada yang tidak bisa menahan sama sekali dan gagal melaksanakan puasa pada bulan ramadhan. Sangat ironis ketika pemuda-pemuda ini yang diharapkan menjadi penerus perjuangan agama islam namun kurang kuat menghadapi godaan maksiat.
Ingatlah kembali saat kita semua masih kecil. Perjuangan kita melawan nafsu untuk makan dan minum walau itu hanya sampai adzan dhuhur. Namun itu sudah menjadi niatan yang baik untuk belajar mengamalkan ajaran-ajaran islam. Ingatlah ketika orang tua kita memberi hadiah atas kerja keras kita dalam belajar berpuasa.
Namun, kini kita telah dewasa. Telah cukup kita pelajari hukum-hukum berpuasa. Telah bertahun-tahun kita lewati bulan ramadhan. Tapi apakah selalu kita lalui dengan mudah? Selalu kita lalui dengan penuh tanpa bolong? Mari kita tanyakan pada diri sendiri.
Apakah kita masih seorang anak kecil yang belajar puasa hingga tengah hari saja? Apakah kita masih seorang anak kecil yang mengharap mendapatkan hadiah jika berhasil melaksanakan puasa? Dimana urat malu kita ketika melihat bocah TK mampu berpuasa penuh hingga maghrib tiba?
Mungkin diri kita sendiri yang mampu menjawab dan memaknainya
“Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran, pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.” (s.al-Baqarah:185)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang kritis.
Silahkan komen ya demi kemajuan blog ini...

 

Blogger news

Blogroll

About