Ramadhan telah hadir kembali. Betapa riang umat
muslim di seluruh belahan dunia menyambut bulan suci penuh berkah ini. Baju koko
mulai disiapkan, sajadah dicuci bersih, isi kulkas dipenuhi buah-buah segar dan
yang paling penting mempersiapkan hati.
Ramadhan bukan hanya penuh berkah bagi yang
melaksanakan, tapi bagi seluruh manusia. Bagaimana tidak,bahan makanan yang
tersedia di supermarket apa hanya diproduksi oleh umat muslim? Baju yang dibeli
untuk hari lebaran, apa hanya dibuat oleh umat muslim? Libur pada hari raya
idul fitri apa hanya diperuntukkan bagi umat muslim?
Pada bulan ramadhan tak hanya dijanjikan pahala
berlimpah, tak hanya dijanjikan ampunan dosa, namun segala berkah kehidupan
bisa didapatkan. Mulai dari kesembuhan atas penyakit, bertambahnya penghasilan,
hingga tersambungnya silaturahmi dengan saudara dan kerabat dekat. Semua terasa
begitu indah pada bulan ramadhan.
”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga
dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” HR.
Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Terbukanya pintu surga adalah isyarat bahwa pahala
berlimpah siap dilimpahkan kepada hamba-hamba ALLAH yang beriman dan bertaqwa. Pahala
pada bulan ramadhan layaknya buah matang yang tergantung pada pohon dan siap
dipetik oleh siapapun yang tergoda oleh nikmatnya pahala tersebut.
Namun itu semua tergantung pada semua orang yang
melewati pohon bernama ramadhan ini, apakah tergoda dengan buah pahala yang
menggantung? Dan itulah kunci dari keberhasilan melewati bulan ramadhan. Istiqomah
dan tawakal.
Remaja adalah masa paling bergejolak, paling mudah
naik dan turun dan cenderung tidak stabil (istiqomah). Banyak kita temui remaja
hanya menahan lapar dan haus tanpa menahan hawa nafsunya.
“Bukanlah puasa
itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah
menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.” (H.R.Ibnu Khuzaimah)
Bahkan ada yang tidak bisa menahan sama sekali dan
gagal melaksanakan puasa pada bulan ramadhan. Sangat ironis ketika
pemuda-pemuda ini yang diharapkan menjadi penerus perjuangan agama islam namun
kurang kuat menghadapi godaan maksiat.
Ingatlah kembali saat kita semua masih kecil. Perjuangan
kita melawan nafsu untuk makan dan minum walau itu hanya sampai adzan dhuhur. Namun
itu sudah menjadi niatan yang baik untuk belajar mengamalkan ajaran-ajaran
islam. Ingatlah ketika orang tua kita memberi hadiah atas kerja keras kita
dalam belajar berpuasa.
Namun, kini kita telah dewasa. Telah cukup kita
pelajari hukum-hukum berpuasa. Telah bertahun-tahun kita lewati bulan ramadhan.
Tapi apakah selalu kita lalui dengan mudah? Selalu kita lalui dengan penuh
tanpa bolong? Mari kita tanyakan pada diri sendiri.
Apakah kita masih seorang anak kecil yang belajar
puasa hingga tengah hari saja? Apakah kita masih seorang anak kecil yang
mengharap mendapatkan hadiah jika berhasil melaksanakan puasa? Dimana urat malu
kita ketika melihat bocah TK mampu berpuasa penuh hingga maghrib tiba?
Mungkin diri kita sendiri yang mampu menjawab dan
memaknainya
“Pada
bulan Ramadhan diturunkan al-Quran, pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan
dari pimpinan kebenaran itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan.
Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.” (s.al-Baqarah:185)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang kritis.
Silahkan komen ya demi kemajuan blog ini...